Asal muasal perubahan yaitu rubah berpikir
Suatu sore kami
seluruh pengurus agnia dan duafa berkumpul untuk bermusyawaroh dalam
rangka mempersiapkan mengisi pengajian kewiraswastaan. Pimpinan
musyawaroh meminta masukan untuk materi yang kiranya cocok dalam acara
tersebut. Ada tiga masukan yang pertama dengan nada pesimis bahwa mereka
yang duafa itu memang demikian adanya diberi modal habis dengan
modal-modalnya, diberi kesempatan untuk bekerja belum apa-apa Tanya dulu
uangnya, ditunjukan pekerjaan yang
diperkirakan cocok dengan latar belakangnya ternyata gengsi dsb.
Masukan
kedua, orang duafa itu yang penting kepahaman agamanya tetap terjaga,
supaya menerima keadaan, agar selalu banyak berdoa, jika mau bantu
bantulah jangan minta dikembalikan/sifatnya bantuan murni. Yang ke tiga
adalah masukan agar melakukan motivasi dengan dasar satu teori usaha
bahwa untuk mengubah manusia yang pertama adalah merubah pola pikirnya
sebagai dasar sikap dan perilaku. Ahirnya disepakatilah bahwa materi
pada pengajian untuk kali ini adalah motivasi selain teori menampilkan
testimony orang yang berangkat dari nol sampai sukses, membuka wawasan
dan pandangan atau pola pikir bahwa sukses hak setiap orang atau mungkin
dapat saja terjadi pada setiap orang.
Kita memang tak boleh serah bongkoan (pasrah) pada suatu kondisi ,
tidak terpropokasi dengan ucapan “ Balung kere, gawan bayi, turunan
miskin, urat miskin, darah jelata dsb ”, yang semua itu mengarah pada
patalis atau qodariah tanpa usaha. Setiap kejadian ada penyebab,
demikian hukum causa, demikian juga soal kaya dan kemiskinan jika kita
sengaja memikirkan penyebabnya mungkin akan banyak berbagai kemungkinan
yang dapat diidentifikasi. Yang cukup menarik adalah pendapat umum para
motivator bahwa kaya dan miskin adalah dimualai dari pikiran .
Faktanya
banyak orang kaya yang asalnya adalah orang miskin, yang berusaha untuk
menjadi orang kaya diawali dari berpikir yang tepat, buku yang terkenal
Berpikir dan Berjiwa Besar karangan D Swart, Poor Dad and Rich Dad karya
Robert Kyosaki, dua buku tersebut mengalamatkan bahwa pola didik yang
didalamnya tidak lain adalah cara berpikir menentukan sikap dan perilaku
tertentu, perilaku tertentu menghasilkan nasib tertentu. Sekolah,
pelatihan atau sarana magang didirikan atas dasar yang sama bahwa
manusia dapat berubah dengan cara merubah pikirannya. Inilah peluang
perubahan melalui usaha, dan kita wajib berusah, berusaha adalah ibadah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sampai mereka mengubah
diri mereka sendiri (Surat Arraad Ayat 79). Perluasan dari ayat ini yang
dimaksud diri tentu didalamnya adalah pola pikir. Moga Alloh paring
barokah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar