Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Dialog Antar Umat Beragama Tangkal Perpecahan Anak Bangsa

Gambar
 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah terus membangun dialog, silaturahim kebangsaan dan penguatan kerukunan umat beragama untuk menangkal perpecahan umat beragama.  Seperti silaturahmi yang dilakukan hari ini, Selasa (28/12) di SMA GNBS Brangsong, Kabupaten Kendal Jawa Tengah, sebuah yayasan sekolah yang dikelola Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Jawa Tengah. Ketua FKUB Jawa Tengah, KH Taslim Syahlan mengatakan, silaturahmi ke LDII Jawa Tengah sudah dilakukan kedua kalinya sejak ia memimpin FKUB Jawa Tengah. Ia berjanji akan menguatkan silaturahim umat Islam dan agama lain. "Silaturahim ini akan kami gencarkan karena di masing-masing agama ada hal-hal perlu dibicarakan agar tidak memperlebar perbedaan yang ada," terang KH Taslim. Taslim mengatakan LDII merupakan organisasi keagamaan yang solid karena itu pihaknya berharap penguatan silaturahmi ke depan terus bergerak dan perekat dan tidak hanya jadi pengikat. "Saya yakin komitmen teman-teman di LDII suda

Sikap Kritis Rakyat Indonesia yang Mengedukasi Masih Kurang?

Gambar
 Jakarta (5/1). Media sosial sebagai ruang publik, kini berfungsi pula sebagai pusat informasi, edukasi, hiburan, hingga kontrol sosial. Peran media massa bahkan diimbangi oleh media sosial, bahkan sampai mengubah cara wartawan mencari informasi yang kemudian diolah menjadi berita. “Persoalannya, media sosial sebagai ruang publik malah ramai dengan hal-hal yang tidak mendidik. Ini seperti memindahkan sinetron ke media sosial dan kita nikmati setiap hari dari ponsel kita,” ujar Ketua DPP LDII Rulli Kuswahyudi. Rulli mengungkapkan fenomena media massa yang terus jadi pengamatan para pakar komunikasi, beralih ke media sosial. Ia mencontohkan, bila dulu terdapat kajian televisi dan koran menjadi guru atau acuan, kini media sosial mengambil alih posisi tersebut. Ironinya, sambung Rulli, isi media sosial makin sulit dipertanggungjawabkan. Sebagai ruang publik, media sosial banyak sampahnya ketimbang mengedukasi. “Media massa dengan segala bias atau ketidaknetralannya, masih menggunakan m