Rabu, 03 Februari 2016

Pengembangan potensi profesional berbasis bakat



Pengembangan potensi profesional berbasis bakat (Bagian 1)

Dalam “psikologi positif” (positive psychology) di kenal suatu pemikiran yang mengungkapkan bahwa pekerja profesional akan lebih produktif bila ia merasa bahagia/senang dalam pekerjaannya. Perasaan bahagia merupakan suatu penanda bahwa seseorang memiliki atau berada dalam bakat yang di butuhkan dalam pekerjaan keprofesian tersebut. Dalam kesesuaian antara bakat dan pekerjaan tersebut, seseorang dapat memanfaatkan secara penuh bakat dominan yang di miliki. Pada saat bersamaan ia juga akan merasa mudah melakukannya dan bisa mencapai hasil yang maksimal. Dari hasil penelitian Gallup Organization, sebuah lembaga penelitian di Amerika menemukan bahwa 20% karyawan merasa puas dengan pekerjaannya. Sedangkan sisanya, 80% termasuk dalam kelompok karyawan yang bekerja dengan rasa terpaksa. Untuk itu seorang individu yang akan memasuki dunia pekerjaan perlu memeriksa keunikan dirinya, terutama kekuatan dirinya.
Manusia menemukan keunikan dirinya itu berlangsung terus menerus selama hidupnya. Semakin banyak orang beraktivitas, semakin banyak pulalah orang tersebut menemukan keunikan dirinya yakni berupa kekuatan yang disebut potensi diri. Keunikan yang bersifat tidak berubah dalam diri manusia tersebut ada yang secara ilmiah (nature), ini di sebut personality, sedangkan di luar kepribadian ada unsur lain dalam diri manusia yang bisa berubah (nurture) ini yang di sebut perilaku (behaviour). Perubahan perilaku ini biasanya berkaitan dengan usaha manusia itu sendiri untuk menyesuaikan diri.

Dalam menghadapi pekerjaan, pendekataan berbasis kekuatan menjadi penting. Setiap orang mempunyai kekuatan dan sumber daya untuk memperdayakan dirinya. Pendekatan berbasisi kekuatan ini, asumsinya bahwa keberadaan manusia sudah di takdirkan sejak lahir dan tidak berubah (nature). Konsep pengembangannya adalah menggali dan menemukan kekuatan maupun kelemahan dirinya, seraya menyalurkan kekuatan dan menyiasati kelemahhanya. Di pihak lain pendekatan berbasis kopetensi berlandaskan asumsi bahwa keberadaan manusia itu bisa berubah (nurture). Berbekal dengan keyakinan tersebut, konsep pengembangan manusia, dilakukan dengan analisis kesenjangan (gap analysis).

Ada cara sederhana untuk menemukan kekuatan, bakat, potensi diri yang bisa menjadi penanda sebagai berikut:
1.      Seorang merasa senang saat melakukannya (enjoy), untuk menguji apakah kita sungguh menyukai aktivitas tersebut atau tidak, jawab pertanyaan ini dengan sejujurnya. Apakah aku tetap akan melakukannya meskipun tidak seorangpun menghargai hasil karyaku. Katakanlah seorang yang suka masak selalu mengisi waktunya dengan memasak, terus berlatih, tak peduli orang lain tidak menyukainya.
2.      Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan rasa mudah (easy), ketika kita merasakan dapat menguasai keterampilaan tersebut dengan mudah sementara orang lain dengan susah payah.
3.      Bila orang tersebut telah mencapai hasil yang maksimum (excellent)
4.      Dari apa yang dilakukan dari ketiga hal diatas, kemudian akan  menghasilkan pendapatan (earn).

PENGEMBANGAN POTENSI PROFESIONAL BERBASIS BAKAT (Bagian 2)

Seseorang yang berhasil dalam memanfaatkan bakatnya bagi pengembangan profesinya, potensi, kekuatan akan memiliki ciri 4E: Enjoy, Easy, Excellent, Earn

Jadi pandangan alamiah (nature) mengenai bakat saling bertemu dengan pengalaman beraktivitas sebanyak mungkin (nurture). Bakat sudah ada sejak lahir, namun baru ada sebagai potensi. Bakat baru berkembang jika bakat itu digunakan dalam berbagai aktivitas yang memanfaatkannya. Demikian pula seseorang tidak serta merta menjadi ahli dalam suatu bidang, bila tidak di pengaruhi lingkungan yang sesuai. Terdapat milyaran sel syaraf dalam otak seorang bayi. Dalam perkembangannya cikal bakal bakat itu terseleksi kedalam ribuan bakat juga. Pada usia akil baligh atau belasan tahun, bakat – bakat manusia secara sempurna terbentuk. Bakat – bakat ini belum menunjukkan prestasi yang di capai seseorang. Ia perlu di asah oleh pengetahuan, ketramilan, serta pemilihan pekerjaan yang sesuai.

Perlu berhati – hati dalam memanfaatkan bakat – bakat yang ada. Persoalannya adalah, sering kali dengan tidak disadari seseorang telah menyia – nyiakan bakat – bakat yang ada. Bakat – bakat yang menjadi kekuatan dianggap terlalu “mudah” dijalankan. Alih – alih / bukannya bakat kuat yang di kembangkan, justru memilih bakat – bakat yang lemah untuk di kembangkan. Fenomena ini tak jarang terjadi pula dalam pola pendidikan dan pengajaran di sekolah – sekolah.

Sering kali berorientasi pada penyelesaian masalah yang di berikan guru dari pada mencoba menggali bakat – bakat anak. Anak – anak yang merasa kurang dalam mata pelajaran tertentu mencoba mendongkrak nilainya dengan mengikuti les – les tambahan. Akibatnya, hasil yang di peroleh sering kali menipu. Bakat anak sebagaimana tergambar dalam nilai – nilai rapor seringkali tidak terlihat seperti yang sesungguhnya.

Untuk menguji bakat – bakat kita sebenarnya, ia harus memenuhi kriteria 4E yang telah di uraikan di atas; enjoy (senang), easy (mudah), excellent (kinerja maksimal) dan earn (menghasilkan). Ambil contoh, ada seorang yang berjam – jam tidak keberatan mendengarka temannya bercerita tentang dirinya atau ada orang yang dengan mudahnya ia memberikan pertolongan pada orang yang baru dikenal. Orang seperti ini biasanya memiliki bakat emphathy (bisa merasakan perasaan orang lain) yang cukup dominan. Dari bakat – bakat yang dimiliki seseorang, selanjutnya bisa diolah peran – peran apa yang di butuhkan dalam pekerjaan.

Peran merupakan kumpulan satu atau lebih kegiatan. Misalnya, seseorang yang memiliki bakat analistis (analytical) akan cocok dengan peran akuntan. Ia akan cocok dengan aktivitas – aktivitas seperti mencatat, menganalisis, mengestimasi, maupun mengevaluasi, maka pelatihan pengembangan profesinya adalah yang sesuai dengan peran tersebut. Atau seseorang yang gemar memeperbaiki berbagai kerusakan di sekitarnya, yang waktu luangnya tidak pernah kosong dengan aktivitas membetulkan sesuatu. Ia yang tergolong berbakat restorative (perbaikan) itu akan sangat cocok untuk peran – peran di bidang rrekayasa. Seseorang dengan profesi guru perlu memiliki bakat: developer, communication dan empathy. Demikian pula dengan seseorang dengan WOO (Winning Others Over) tinggi akan cocok untuk peran duta negara atau duta organisasi sebagai customer services.

Tidak ada komentar:

Dialog Antar Umat Beragama Tangkal Perpecahan Anak Bangsa

 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah terus membangun dialog, silaturahim kebangsaan dan penguatan kerukunan umat beragama untuk...