Pengembangan potensi profesional berbasis bakat (Bagian 1)
Dalam “psikologi positif” (positive psychology) di kenal suatu
pemikiran yang mengungkapkan bahwa pekerja profesional akan lebih produktif
bila ia merasa bahagia/senang dalam pekerjaannya. Perasaan bahagia merupakan
suatu penanda bahwa seseorang memiliki atau berada dalam bakat yang di butuhkan
dalam pekerjaan keprofesian tersebut. Dalam kesesuaian antara bakat dan
pekerjaan tersebut, seseorang dapat memanfaatkan secara penuh bakat dominan
yang di miliki. Pada saat bersamaan ia juga akan merasa mudah melakukannya dan
bisa mencapai hasil yang maksimal. Dari hasil penelitian Gallup Organization,
sebuah lembaga penelitian di Amerika menemukan bahwa 20% karyawan merasa puas
dengan pekerjaannya. Sedangkan sisanya, 80% termasuk dalam kelompok karyawan
yang bekerja dengan rasa terpaksa. Untuk itu seorang individu yang akan
memasuki dunia pekerjaan perlu memeriksa keunikan dirinya, terutama kekuatan
dirinya.
Manusia menemukan keunikan dirinya itu
berlangsung terus menerus selama hidupnya. Semakin banyak orang beraktivitas,
semakin banyak pulalah orang tersebut menemukan keunikan dirinya yakni berupa
kekuatan yang disebut potensi diri. Keunikan yang bersifat tidak berubah dalam
diri manusia tersebut ada yang secara ilmiah (nature), ini di sebut personality, sedangkan di luar kepribadian
ada unsur lain dalam diri manusia yang bisa berubah (nurture) ini yang di sebut perilaku (behaviour). Perubahan perilaku ini biasanya berkaitan dengan usaha
manusia itu sendiri untuk menyesuaikan diri.
Dalam menghadapi pekerjaan, pendekataan
berbasis kekuatan menjadi penting. Setiap orang mempunyai kekuatan dan sumber
daya untuk memperdayakan dirinya. Pendekatan berbasisi kekuatan ini, asumsinya
bahwa keberadaan manusia sudah di takdirkan sejak lahir dan tidak berubah
(nature). Konsep pengembangannya adalah menggali dan menemukan kekuatan maupun
kelemahan dirinya, seraya menyalurkan kekuatan dan menyiasati kelemahhanya. Di
pihak lain pendekatan berbasis kopetensi berlandaskan asumsi bahwa keberadaan
manusia itu bisa berubah (nurture). Berbekal dengan keyakinan tersebut, konsep
pengembangan manusia, dilakukan dengan analisis kesenjangan (gap analysis).
Ada cara sederhana untuk menemukan
kekuatan, bakat, potensi diri yang bisa menjadi penanda sebagai berikut:
1.
Seorang merasa senang saat melakukannya (enjoy),
untuk menguji apakah kita sungguh menyukai aktivitas tersebut atau tidak, jawab
pertanyaan ini dengan sejujurnya. Apakah aku tetap akan melakukannya meskipun
tidak seorangpun menghargai hasil karyaku. Katakanlah seorang yang suka masak
selalu mengisi waktunya dengan memasak, terus berlatih, tak peduli orang lain
tidak menyukainya.
2.
Seseorang dapat melakukan sesuatu
dengan rasa mudah (easy), ketika kita
merasakan dapat menguasai keterampilaan tersebut dengan mudah sementara orang
lain dengan susah payah.
3.
Bila orang tersebut telah mencapai
hasil yang maksimum (excellent)
4.
Dari apa yang dilakukan dari
ketiga hal diatas, kemudian akan
menghasilkan pendapatan (earn).
PENGEMBANGAN
POTENSI PROFESIONAL BERBASIS BAKAT (Bagian 2)
Seseorang yang berhasil dalam
memanfaatkan bakatnya bagi pengembangan profesinya, potensi, kekuatan akan
memiliki ciri 4E: Enjoy, Easy, Excellent, Earn
Jadi pandangan alamiah (nature) mengenai bakat saling bertemu
dengan pengalaman beraktivitas sebanyak mungkin (nurture). Bakat sudah ada sejak lahir, namun baru ada sebagai
potensi. Bakat baru berkembang jika bakat itu digunakan dalam berbagai
aktivitas yang memanfaatkannya. Demikian pula seseorang tidak serta merta
menjadi ahli dalam suatu bidang, bila tidak di pengaruhi lingkungan yang
sesuai. Terdapat milyaran sel syaraf dalam otak seorang bayi. Dalam
perkembangannya cikal bakal bakat itu terseleksi kedalam ribuan bakat juga.
Pada usia akil baligh atau belasan tahun, bakat – bakat manusia secara sempurna
terbentuk. Bakat – bakat ini belum menunjukkan prestasi yang di capai
seseorang. Ia perlu di asah oleh pengetahuan, ketramilan, serta pemilihan
pekerjaan yang sesuai.
Perlu berhati – hati dalam memanfaatkan
bakat – bakat yang ada. Persoalannya adalah, sering kali dengan tidak disadari
seseorang telah menyia – nyiakan bakat – bakat yang ada. Bakat – bakat yang
menjadi kekuatan dianggap terlalu “mudah” dijalankan. Alih – alih / bukannya
bakat kuat yang di kembangkan, justru memilih bakat – bakat yang lemah untuk di
kembangkan. Fenomena ini tak jarang terjadi pula dalam pola pendidikan dan
pengajaran di sekolah – sekolah.
Sering kali berorientasi pada
penyelesaian masalah yang di berikan guru dari pada mencoba menggali bakat –
bakat anak. Anak – anak yang merasa kurang dalam mata pelajaran tertentu
mencoba mendongkrak nilainya dengan mengikuti les – les tambahan. Akibatnya,
hasil yang di peroleh sering kali menipu. Bakat anak sebagaimana tergambar
dalam nilai – nilai rapor seringkali tidak terlihat seperti yang sesungguhnya.
Untuk menguji bakat – bakat kita
sebenarnya, ia harus memenuhi kriteria 4E yang telah di uraikan di atas; enjoy (senang), easy (mudah), excellent
(kinerja maksimal) dan earn
(menghasilkan). Ambil contoh, ada seorang yang berjam – jam tidak keberatan
mendengarka temannya bercerita tentang dirinya atau ada orang yang dengan
mudahnya ia memberikan pertolongan pada orang yang baru dikenal. Orang seperti
ini biasanya memiliki bakat emphathy (bisa merasakan perasaan
orang lain) yang cukup dominan. Dari bakat – bakat yang dimiliki seseorang,
selanjutnya bisa diolah peran – peran apa yang di butuhkan dalam pekerjaan.
Peran merupakan kumpulan satu atau lebih
kegiatan. Misalnya, seseorang yang memiliki bakat analistis (analytical)
akan cocok dengan peran akuntan. Ia akan cocok dengan aktivitas – aktivitas
seperti mencatat, menganalisis, mengestimasi, maupun mengevaluasi, maka
pelatihan pengembangan profesinya adalah yang sesuai dengan peran tersebut.
Atau seseorang yang gemar memeperbaiki berbagai kerusakan di sekitarnya, yang
waktu luangnya tidak pernah kosong dengan aktivitas membetulkan sesuatu. Ia
yang tergolong berbakat restorative (perbaikan) itu akan
sangat cocok untuk peran – peran di bidang rrekayasa. Seseorang dengan profesi
guru perlu memiliki bakat: developer, communication dan empathy.
Demikian pula dengan seseorang dengan WOO (Winning Others Over) tinggi akan cocok untuk peran duta negara atau
duta organisasi sebagai customer
services.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar