Kamis, 08 Agustus 2013

Lebih Mudah Jadi Wakil Presiden

Kata Didi Petet Lebih Mudah Jadi Wakil Presiden

Lebih Mudah Jadi Wapres
Sahabat LDII Kediri, Sosok ini berbeda dengan teman seprofesinya Dedy Mizwar yang perlu mendeklarasikan diri untuk menjadi Capres pada Pemilu 2009 ini, Didi Petet malah mendapatkan tawaran duduk sebagai Wakil Presiden tanpa mekanisme Pemilu. Saat mendapatkan tawaran itu, Didi yang bertanya dulu kepada dirinya, ternyata sanggup. Didi pun bahkan merasa lebih mudah menjadi Wapres, dibandingkan mengurus rumah tangga. Benarkah?

Tetapi tawaran sebagai Wapres itu ternyata hanya ada dalam sebuah film. Kesediaan Didi mau menerima peran dan karakter di film komedi terbaru Kirun + Adul Pingin Punya Pacar Keren produksi Multivison tersebut, karena Didi merasa bisa dan cocok memainkannya. Tentunya, setelah sebelumnya bertanya terhadap dirinya sendiri. “Waktu dapat tawaran, saya langsung bertanya sama diri sendiri. Kira-kira saya cocok atau tidak ya, menjadi wakil presiden? Setelah merasa cocok dan oke, akhirnya saya mau memerankannya,” ungkap Didi sambil tersenyum.
Pengalaman baru yang unik pun didapatkan Didi. Aktor senior dan kawakan ini ternyata merasa lebih susah mengurus keluarga, dibandingkan harus mengatur Negara, alias lebih mudah jadi wapres. Itu yang dia alami saat memainkan peran wakil presiden yang juga kepala keluarga.
“Saya hanya ingin mendukung. Peran yang saya mainkan sedikit sekali, nggak banyak. Karakternya hanya sebagai orang tua yang wakil presiden,” jelas Didi Petet saat ditemui NUANSA di rumahnya, di bilangan Ciputat Jakarta Selatan baru-baru ini. Ini berbeda dengan perannya sebagai Johar (48) dalam film Jermal yang mengambil lokasi syuting di tengah laut.  Johar bekerja di sebuah jermal, tempat penjaringan ikan yang dibangun di atas tonggak-tonggak kayu di tengah lautan. Jermal tersebut terpencil dan sulit dijangkau. Di tempat itu, kerja buruh kasar dan keterasingan adalah kenyataan sehari-hari. Johar dibayangi masa lalu kelam yang membuatnya tak bisa kembali ke daratan sejak 12 tahun silam.

Peristiwa itu mengakibatkan Johar pasti ditahan polisi bila kembali ke daratan. Ketika Jaya (12) tiba di jermal dan mengaku sebagai anaknya, ia langsung menolak karena merasa tidak pernah mempunyai seorang putra. Sadar sepenuhnya bahwa ia tak mungkin kembali ke daratan untuk mengantar si bocah, Johar pun terpaksa menerima Jaya bekerja di jermal tersebut.

Pertemuan ini jelas menimbulkan situasi yang serba asing. Hubungan orang tua-anak yang tidak diketahui keberadaannya oleh mereka berdua. “Ini sebuah film yang cukup berat bagi saya, di mana tidak banyak dialog di dalamnya, dan ini menuntut kita untuk bisa memahami persoalan dari skenario. Ini memakan waktu yang panjang,” ungkap pasangan hidup Uce Sriasih yang dinikahinya tahun 1983 ini.
Didi Petet, aktor kawakan, ini memiliki nama asli Didi Widiatmoko, lahir di Surabaya, 12 Juli 1956. Namanya begitu terkenal setelah memerankan karakter waria bernama Emon, dalam film Catatan si Boy  arahan sutradara Nasri Chepy.

Sosok Didi Petet juga lekat dengan Si Kabayan, tokoh lugu khas Sunda. Film ini pun sukses di masyarakat hingga dibuat beberapa sekuel, dengan menempatkan Paramita Rusady, Meriam Bellina, Nurul Arifin dan Desy Ratnasari sebagai mitra bermainya. Film lain Didi di antaranya, Cinta Anak Zaman (1988), yang mengantarkan dirinya meraih piala citra sebagai aktor pembantu terbaik.

Kini Didi banyak main sinetron dan membintangi banyak produk iklan, selain tetap menjadi dosen di IKJ. Tak ketinggalan dia juga turut mendukung film-film karya sutradara muda, di antaranya, Petualangan Sherina (2000), Pasir Berbisik (2001), Rindu Kami Padamu (2004) dan Banyu Biru (2005).

Didi Widiatmoko, anak bungsu dari tiga bersaudara, dilahirkan dari keluarga pegawai negeri sipil. Ayahnya yang pegawai PJKA sebenarnya tidak pernah mengharapkan Didi menjadi seperti yang sekarang ini. “Sama seperti kedua kakak saya, Bapak saya mengharapkan saya masuk ITB. Tetapi bagaimana, saya ini tidak suka IPA, tidak suka Matematika, tidak suka mesin, tidak suka Kimia. Akhirnya lulus SMA Negeri 3 Bandung, saya malah bingung mau meneruskan ke mana dan sempat istirahat dua tahun tidak melanjutkan sekolah,” papar Didi.
Di saat bingung itulah Didi Widiatmoko berkenalan dengan Harry Roesli (alm) dan diajak main opera. Merasa nyaman berkenalan dengan dunia seni dan teater, Didi lalu masuk Institut Kesenian Jakarta (IKJ) walaupun waktu itu sempat mendapat tentangan orang tua.

“Mau jadi apa kamu sekolah teater. Mau jadi ludruk yang membawa keluargamu ke sana kemari apa?” ujar Didi sambil tersenyum menirukan kata-kata Bapaknya waktu itu. “Bapak saya tahunya teater itu hanya ludruk,” lanjut Didi Petet. Tetapi dia tetap kukuh ingin sekolah di IKJ dan tidak lupa minta doa restu orang tua. “Sudahlah, Bapak doakan saja, kata saya waktu itu. Dan saya bahagia sekali sekolah di sana. Di sana memang tempat saya,” kenangnya.

Setelah menjadi aktor tenar seperti sekarang ini, lalu apa suka-duka seorang Didi Petet? “Sukanya, banyak teman. Itu yang membahagiakan bagi saya. Di mana-mana banyak teman. Dukanya, tidak bisa ngumpet. Di mana saja dikenal orang. Kalau kadang pingin sendiri, tidak bisa. Sekarang ini untuk berenang saja susah. Serba salah saya ini. Kalau nggak tersenyum saya dikatakan sombong. Kalau mudah tersenyum dikatakain sok kenal sok akrab. Itu suka dukanya,” jelas pria tambun tetapi tetap energik ini.

Di tengah kesibukannya bermain film, baik di layar lebar maupun main sinetron di televisi, masih seabrek kegiatan Didi Petet. Diantaranya menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi dan lembaga. Diapun kini masih menyisihkan waktunya untuk meneruskan pendidikan di S2.

Khusus mengenai dunia akting, Didi mengatakan bahwa sekarang ini ternyata problem akting banyak diminati orang dari berbagai macam profesi. Karena akting akan mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap, bergaul, melakukan tindakan, atau mengambil keputusan. “Semua itu bisa diambil dari proses berlatih akting,” katanya.
Sekarang ini, lanjut Didi, banyak Capres, Cabup, ataupun Caleg, yang berlatih darinya bagaimana cara berbicara di depan umum, bagaimana cara melakukan pendekatan dengan orang, bagaimana menggunakan bahasa tubuh, mimik, dan lain-lain. Dan yang memiliki semua itu adalah orang teater.

“Tapi walaupun saat ini saya banyak berhubungan dengan orang-orang yang berkecimpung di dunia politik, saya tidak tertarik dengan politik. Buat saya politik itu lebih banyak tipu muslihatnya daripada kejujurannya. Sementara pekerjaan yang saya geluti membutuhkan kejujuran. Saya takut nanti dapat membawa problem dalam diri saya,” kata Didi mengenai dunia politik yang saat ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan selebritis. Apakah tidak ada yang menawari Anda untuk menjadi caleg Pak Didi? “Banyak!” jawabnya singkat.

Tidak ada komentar:

Dialog Antar Umat Beragama Tangkal Perpecahan Anak Bangsa

 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah terus membangun dialog, silaturahim kebangsaan dan penguatan kerukunan umat beragama untuk...