Harapan kepada Pemimpin
menjadi pemimpin yang baik |
Sahabat LDII Kediri, Tak begitu banyak yang tahu soal Pacitan -- kabupaten yang berlokasi di ujung barat daya provinsi Jawa Timur. Daerah tandus yang penduduknya mengudap tiwul – umbi yang dijemur – sebagai pengganti beras. Daerahnya terisolir oleh perbukitan dan jurang nan curam. Di sebelah Selatan kota kecil itu adalah Samudera Hindia, dengan laut lepas berombak besar.
Tak banyak juga mengenai catatan sejarah tentang kota itu. Tenang. Tak banyak legenda yang bercerita. Satu-satunya kebanggaan adalah kota ini memilik jaringan gua terbesar di Asia Tenggara, plus fosil-fosil purbakala. Di era kerajaan Mataram atau penjajahan Belanda, Pacitan tak pernah terdengar pernah melakukan huru hara. Juga saat Indonesia merdeka, Pacitan adalah kota yang tenang, dengan mobil yang jarang lalu lalang di jalanan. Dan begitu petang, jalanan sepi dan rumah-rumah menutup diri.
Namun tiba-tiba kota ini mencuri perhatian Indonesia juga dunia. Di kota itulah, 62 tahun lalu lahir Susilo Bambang Yudhoyono, presiden pertama usai reformasi yang mampu dua kali dipilih rakyat Indonesia. Di Pemilu 2009 lalu, dia dipilih oleh 60,8% pemilih yang membuat pemilu saat itu hanya satu putaran.
Di tangannya, Indonesia mencapai berbagai kemajuan. Pertumbuhan ekonomi yang bagus saat dunia mengalami krisis moneter, yang membuat Indonesia, India, dan Cina menjadi tiga negara di dunia yang terelakkan dari krisis. Di era Susilo Bambang Yudhoyono, konflik Aceh yang berkepanjangan sejak zaman Orde Lama hingga Orde Baru yang tak kunjung selesai, dapat diambil jalan tengah, sehingga Gerakan Aceh Merdeka membubarkan diri melebur ke Provinsi Aceh, membuat parpol dan mengikuti pemilihan kepala daerah. Lalu Aceh menjadi aman.
Toh, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono juga menemukan berbagai kendala. Semisal pemerintahan yang berhadapan langsung dengan oknum birokrat korup, hukum yang masih berhadapan dengan para mafia, hingga berbagai kasus korupsi. Meski dunia sedang krisis namun ekonomi Indonesia tetap tumbuh 6%, namun masih belum terjadi pemerataan. Inilah yang harus dibenahi dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan menjadi harapan banyak rakyat Indonesia.
Seperti kata Ma’ruf Amien, Ketua Dewan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, melihatlah seorang pemimpin dengan hati yang ridho, bukan hanya mencari-cari kesalahannya, namun juga melihat berbagai hal yang berhasil dilakukan oleh seorang pemimpin. Itulah mengapa semua pemimpin dunia selalu melahirkan pro dan kontra. Selalu ada yang baik dan selalu ada bagian yang kurang, yang mesti diperbaiki oleh segenap bangsa Indonesia.
Di 2009, kemiskinan mencapai 14,5% menurut catatan Badan Pusat Statistik. Di 2010 catatan itu berkurang menjadi 13,33%. Pemerintah juga berhasil menjaga nilai tukar rupiah yang stabil, sekaligus memperbesar cadangan devisa negara. Lalu, apa yang diharapkan masyarakat terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono?
Presiden sering dipersepsikan para pendukungnya sebagai, antara lain, seorang pencinta buku serta punya ketulusan dan kesungguhan dalam menyokong pemberantasan korupsi. Sebelum berharap terlalu banyak kepada presiden, ada baiknya kita timbang seberapa tepat penilaian itu.
Pertama soal pendidikan. Meski pemerintah telah menganggarkan 20% APBN untuk biaya pendidikan, namun harga buku masih mahal. Lantaran pemerintah belum juga mencabut pajak buku sebagai barang mewah. Bila pajak buku dihapus, buku di Indonesia kian terjangkau masyarakat umum. Bukankah buku sebagai salah satu pembentuk modal sosial masyarakat. Buku asing berkualitas dengan penulis kaliber dunia, dapat dinikmati dengan murah di Indonesia. Itu harapan pertama.
Lalu, yang kedua. Supaya hukum terus ditegakkan bagi para koruptor. Seorang ibu harus masuk penjara lantaran mencuri singkong tetangga. Tapi sangat sulit menuntaskan yang banyak mengait kepada para pejabat. Korupsi bukan hanya merugikan negara tapi secara langsung memangkas kesejahteraan rakyat dan menutup akses pembangunan yang seharusnya dinikmati bangsa Indonesia.
Ketiga. Agar kemakmuran kian merata, berharap pemerintah mampu membuat segala peraturan yang menguntungkan buruh tani, buruh nelayan, ataupun mengurangi pengangguran dan pemberdayaan masayarakat miskin kota, agar jurang antara si kaya dan si miskin menjadi tak seberapa jauh.
Masyarakat yakin tiga harapan itu dapat terlaksana. Karena masyarakat masih yakin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar