Kemandirian Warga LDII

Materi Kemandirian Untuk Remaja LDII

Remaja LDII Kediri, Sebagaimana kita ketahui bersama, krisis multi dimensional yang melanda Negara kita Indonesia belum juga usai. Saat ini diperburuk dengan krisis perekonomian global. Angkatan kerja baru semakin bertambah dan lapangan kerja baru semakin berkurang yang berkaibat terjadinya peningkatan jumlah pengangguran.
Melatih Kemandirian Anak
Menghadapi hal tersebut, yang perlu menjadi bahan pemikiran adalah mendefinisikan pengertian kemandirian dan bagaimana kita menyiapkan generasi muda kita agar mampu menghadapi tantangan hidup di masa depan. Itu bagian dari amal sholih kita sekarang. Kita harus mampu berjuang menghadapi tantangan ini dan tidak boleh menyerah tanpa usaha. Kita dilarang menjadi orang yang pasrah tanpa usaha ( golongan murji’ah ). Kita harus bangkit amal sholih semaksimal mungkin menyiapakan generasi penerus yang lebih berkwalitas. Sebagaiman dalam hadist :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَيْسَ لَهُمَا فِي الإِسْلَامِ نَصِيبٌ: المُرْجِئَةُ وَالقَدَرِيَّةُ * رواه الترمذي
Artinya : dua golongan umatku tidak akan dapat bagian ( islam/surge) yaitu ahlul irja’ dan ahlul qodar.
Sebagai umat islam, sikap yang benar adalah kita bekerja keras tapi hemat untuk meraih keberhsila, tetapi kita tetap prcaya adanya qodar dari allah.
Di zaman akhir, keimanan manusia telah terkikis sedikit demi sedikit  ( terjadi erosi keimanan ) sampai pada titik yang terendah sehingga mempengaruhi etika kerja. Jika etika kerja benar-benar kurub-janji dapat di pertahankan, generasi muda kita diharapkan dapat memenangkan persaingan dalam memperebutkan lowongan kerja yang makin sempit dan dalam kondisi ekonomi Indonesia yang insya allah masih akan labil dalam tahun-tahun mendatang.
Bekerja adalah fitrah manusia sehingga manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi dirinya untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal prestatif, berarti dia melawan fitrahnya sendiri, menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia. Manusia hanya dapat memanusiakan dirinya dengan iman, ilmu dan amal.
Seorang muslim yang mempunyai kepribadian Qurani pastilah menunjukan etos kerja yang islami. Dia akan bersikap dan bekerja dengan giat dan bersungguh-sungguh dengan sepenuh hati. Dari lubuk hatinya selalu terasa ada tuntutan dari dalam yang menyatakan, “ aku ini seorang muslim. Apakah pantas bekerja setengah-setenganh ? apakah saya pantas bekerja yang tidak baik ? padahal allah telah berbuat ihsan, mengapa aku tidak mengikutinya untuk berbuat ihsan juga ? juga selalu tergetar dalam hati seorang muslim, pantaskah aku berbuat tidak jujur, padahal aku diperintah allah supaya jujur dan amanah ? dan “ Pantaskah aku berkhianat padahal perbuatan khianat itu mendatangkan kemelaratan ?
Kompetensi / kemampuan seorang generasi penerus dalam melaksanakan pekerjaan seharusnya lebih tinggi, sebab terdorong oleh nasihat agama agar menjadi generasi penerus yang terampil dalam bekrja dan bisa mempraktekan teori kemandirian. Sehingga sejak kanak-kanak, generasi penerus kita sudah mulai dilatih rajin bekerja oleh orang tuanya dan selalu dinasihati sehingga nantinya menjadi seorang ahli yang dibutuhkan.
Semangat kerja seorang generasi penerus seharusnya lebih tinggi, karena dia merasa diperintah allah untuk bekerja dengan baik, agar hasilnya dapat mencukupi kebutuhan hidup dan bekal ibadahnya. Padahal telah jelas bagi kita, bahwa untuk beribadah memerlukan biaya, untuk sholat memerlukan biaya, untuk haji memerlukan biaya. Orang iman memerlukan harta untuk bekal ibadah, karenanya orang iman di perintahkan bekerja keras dan berhemat, yang hasilnya sebanyak-banyaknya untuk kepentingan ibadahnya. Sebab pada hakekatnya dunia untuk bekal mencapai kebahagiaan akhirat.
Orang iman tidak boleh malas, tidak boleh menganggurkan diri, lahan-lahan, tidak boleh hanya menengadahkan tangan berdoa tanpa usaha, sebab emas dan perak tidak akan jatuh begitu saja dari langit, tidak boleh hanya minta-minta, menggantungkan diri kepada orang lain. Jangan sampai sebagai seorang muslim hanya menggharapkan shodaqoh, infaq, atau zakat orang lain. Tetapi sebaliknya dia harus bangkit karena allah, bekerja keras, berusaha dan berdoa agar bisa menunaikan zakat, infaq, dan shodaqoh. Ingatlah hadist tentang Alhlul Irja’ dan Ahlul Qodar yang telah di sebutkan sebelumnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kewajiban Bersyukur

Tri Sukses Generus LDII

Perjalanan Ibadah Tawaf dan Umroh