Jurnalis Warga Masjid
Jurnalis Warga Masjid |
Sahabat LDII Kediri, Jurnalistk baik sebagai ilmu, aktivitas, maupun sebagai ketrampilan menulis- bukanlah monopoli para wartawan. Siapa pun bisa menguasai ilmu, melakukan aktivitas, dan menguasai keterampilan jurnalistik untuk mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik. Itulah yang kini dikenal dengan jurnalisme warga (citizen journalism).
Menguasai ilmu dan teknik jurnalistik itu mudah. Modal utamanya niat, tekad! Dari segi keilmuan dan teknis juga mudah. Caranya, adakanlah pelatihan jurnalistik! Undang trainer atau pakar jurnalistik untuk membagi ilmunya. Atau kalau perlu ikutilah kursus jurnalistik yang ada di kota Anda.
Menguasai ilmu dan teknik jurnalistik itu mudah. Modal utamanya niat, tekad! Dari segi keilmuan dan teknis juga mudah. Caranya, adakanlah pelatihan jurnalistik! Undang trainer atau pakar jurnalistik untuk membagi ilmunya. Atau kalau perlu ikutilah kursus jurnalistik yang ada di kota Anda.
Ilmu dan teknik jurnalistik sebaiknya juga dimiliki oleh para aktivis masjid, utamanya para remaja. Mengingat masjid adalah sentral aktivitas keagamaan umat Islam. Sebagai sentral aktivitas, otomatis masjid merupakan sumber informasi atau sumber berita keagamaan dan keumatan.
Ilmu dan teknik jurnalistik yang dimiliki aktivis masjid berguna untuk menyebarluaskan informasi kegiatan dan rekaman ceramah kepada masyarakat luas. Sebagai contoh, jika ceramah seorang ustadz di masjid hanya bisa didengarkan oleh puluhan atau ratusan orang di daerah itu, maka dengan “sentuhan ilmu jurnalistik”, ceramah sang ustadz bisa disebarluaskan kepada ribuan bahkan jutaan orang di luar masjid.
Orang yang tidak sempat atau berhalangan datang ke masjid pun bisa menerima siraman rohani sang ustadz. “Sentuhan ilmu jurnalistik” yang dimaksud adalah keberadaan “Jurnalis Masjid” yang andal dan siap melaporkan kegiatan di masjid kepada publik.
Untuk itu, keterampilan jurnalistik yang harus dimiliki aktivis masjid, demi pengembangan dan penyebarluasan syiar dakwah masjid, utamanya adalah kemampuan menulis berita (news), keterampilan men-transkript ceramah dan mengubahnya menjadi sebuah tulisan atau berita, menulis dan mengirimkan siaran pers (press release).
Kemampuan menulis berita, transkrip, dan rilis itu diperlukan untuk menyebarluaskan informasi kegiatan masjid kepada khalayak luas, yakni melalui media massa, baik cetak maupun elektronik.
Jadi menunggu apalagi. Ayo kita kembangkan jurnalistik dakwah. Mari kita maksimalkan peran dakwah NUANSA Persada versi cetak atau website yang sudah kita miliki. Karena penyampaian dakwah lewat media massa merupakan bagian dari dakwah bil qolam atau dakwah dengan pena. Profesi sebagai jurnalis dakwah sama mulianya dengan profesi sebagai ustadz atau mubaligh.
“Dan hendaklah ada di antara kalian, segolongan umat penyebar dakwah kepada kebajikan, yang tugasnya menyeru berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar.Itulah mereka yang beruntung” (QS Ali Imran:104).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar