Rabu, 27 Januari 2016

PENGEMBANGAN POTENSI PROFESIONAL BERBASIS BAKAT (Bagian 1)



PENGEMBANGAN POTENSI PROFESIONAL BERBASIS BAKAT (Bagian 1)





Dalam “psikologi positif” (positive psychology) di kenal suatu pemikiran yang mengungkapkan bahwa pekerja profesional akan lebih produktif bila ia merasa bahagia/senang dalam pekerjaannya. Perasaan bahagia merupakan suatu penanda bahwa seseorang memiliki atau berada dalam bakat yang di butuhkan dalam pekerjaan keprofesian tersebut. Dalam kesesuaian antara bakat dan pekerjaan tersebut, seseorang dapat memanfaatkan secara penuh bakat dominan yang di miliki. Pada saat bersamaan ia juga akan merasa mudah melakukannya dan bisa mencapai hasil yang maksimal. Dari hasil penelitian Gallup Organization, sebuah lembaga penelitian di Amerika menemukan bahwa 20% karyawan merasa puas dengan pekerjaannya. Sedangkan sisanya, 80% termasuk dalam kelompok karyawan yang bekerja dengan rasa terpaksa. Untuk itu seorang individu yang akan memasuki dunia pekerjaan perlu memeriksa keunikan dirinya, terutama kekuatan dirinya.

Manusia menemukan keunikan dirinya itu berlangsung terus menerus selama hidupnya. Semakin banyak orang beraktivitas, semakin banyak pulalah orang tersebut menemukan keunikan dirinya yakni berupa kekuatan yang disebut potensi diri. Keunikan yang bersifat tidak berubah dalam diri manusia tersebut ada yang secara ilmiah (nature), ini di sebut personality, sedangkan di luar kepribadian ada unsur lain dalam diri manusia yang bisa berubah (nurture) ini yang di sebut perilaku (behaviour). Perubahan perilaku ini biasanya berkaitan dengan usaha manusia itu sendiri untuk menyesuaikan diri.

Dalam menghadapi pekerjaan, pendekataan berbasis kekuatan menjadi penting. Setiap orang mempunyai kekuatan dan sumber daya untuk memperdayakan dirinya. Pendekatan berbasisi kekuatan ini, asumsinya bahwa keberadaan manusia sudah di takdirkan sejak lahir dan tidak berubah (nature). Konsep pengembangannya adalah menggali dan menemukan kekuatan maupun kelemahan dirinya, seraya menyalurkan kekuatan dan menyiasati kelemahhanya. Di pihak lain pendekatan berbasis kopetensi berlandaskan asumsi bahwa keberadaan manusia itu bisa berubah (nurture). Berbekal dengan keyakinan tersebut, konsep pengembangan manusia, dilakukan dengan analisis kesenjangan (gap analysis).

Ada cara sederhana untuk menemukan kekuatan, bakat, potensi diri yang bisa menjadi penanda sebagai berikut:
1.   Seorang merasa senang saat melakukannya (enjoy), untuk menguji apakah kita sungguh menyukai aktivitas tersebut atau tidak, jawab pertanyaan ini dengan sejujurnya. Apakah aku tetap akan melakukannya meskipun tidak seorangpun menghargai hasil karyaku. Katakanlah seorang yang suka masak selalu mengisi waktunya dengan memasak, terus berlatih, tak peduli orang lain tidak menyukainya.
2.    Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan rasa mudah (easy), ketika kita merasakan dapat menguasai keterampilaan tersebut dengan mudah sementara orang lain dengan susah payah.
3.      Bila orang tersebut telah mencapai hasil yang maksimum (excellent)
4.   Dari apa yang dilakukan dari ketiga hal diatas, kemudian akan  menghasilkan pendapatan (earn).

Tidak ada komentar:

Dialog Antar Umat Beragama Tangkal Perpecahan Anak Bangsa

 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah terus membangun dialog, silaturahim kebangsaan dan penguatan kerukunan umat beragama untuk...