Peramal Dalam Pandangan Islam
Peramal Cinta |
Beberapa warga ldii ada yang bertanya tentang peramal. Perlu
di ketahui bahwa sebelum kelahiran Nabi Muhammad, shollallahu ‘alaihi wasallam
beberapa peramal telah meramalkan bahwa akan dating seorang “raja” yang akan
menguasai wilayah melebihi wilayah kekuasaan para raja dan kaisar yang ada
waktu itu, yaitu kekaisaran Romawi dan Persia.
Dan ketika salah seorang
diantara peramal tersebut bertemu dengan
Abdul-Muthalib, si peramal mengatakan
bahwa raja yang banyak di bicarakan para peramal itu akan datang dari keturunan
Abdul-Muthalib. Tidak lama kemudian lahirlah Nabi Muhammad yang pada akhirnya
menjadi nabi penutup kenabian sampai di zaman akhir. Berarti ramalan para
peramal ketika itu memang benar adanya. Di tanah air kita pun banyak orang yang melihat bahwa
beberapa ramalan Joyoboyo ternyata benar-benar terjadi. Namun diantara beberapa
ramalan yang benar-benar terjadi itu perlu anda ketahui bahwa jauh lebih banyak
ramalan yang tidak benar., ramalan palsu, ramalan yang sengaja dibuat hanya
untuk menyenangkan hati orang yang diramal, tentunya dengan imbalan sejumlah
uang.
Ada seorang peramal yang biasa membuka praktik di suatu
tempat wisata. Tentu saja dipilihnya tempat ini karena memang sering dikunjungi
banyak orang. Namun acapkali si peramal ini bingung dan kecewa, karena sejak
pagi sampai menjelang sore tidak ada ada seorang pengunjung pun yang datang
ingin di ramal. Jadi dia yang mengaku bisa meramal nasib orang, ternyata tidak
bisa meramal nasib dirinya sendiri. Kalau dia tahu bahwa hari itu tidak akan
ada seorang pasienpun yang akan datang, buat apa dia berpayah-payah dia
menunggu di situ? “Ah, namanya juga usaha”, katanya sambil nyengir.
Dukun ramal yang ramalannya benar maupun yang ramalannya
palsu, dua-duanya haram untuk dipercaya oleh orang islam. Sehingga Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, bersabda :”Barangsiapa yang datang pada
dukun ramal kemudian dia menanyakan sesuatu pada dukun ramal tersebut dan dia
percaya dengan apa yang dikatakan dukun ramal tersebut maka shalatnya selama
40hari tidak akan diterima oleh Allah”. (Hadits Riwayat Muslim).
Hadits lain berbunyi:
“Barang siapa yang mendatangi dukun ramal kemudian dia
membenarkan apa yang dikatakan dukun ramal tersebut berarti dia sudah kufur
pada Al-Qur’an”. (HR. Abu Dawud).
Untuk apa kita mengetahui hal yang akan terjadi di masa
depan? Mungkin anda menjawab : “Biar kita tahu bahaya yang akan menimpa kita”.
Lantas, kalau itu sudah menjadi ketentuan Allah, apa bisa kita menghindarinya?
Tidak bisa. Tetap saja akan terjadi. Kalau kita tak bisa menghindarinya, lantas
untuk apa kita ketahui sebelumnya? Hanya akan membuat kita cemas berkepanjangan
saja. Jadi biarlah masa depan itu tetap menjadi rahasia Allah, supaya kita
tidak cemas berkepanjangan. Toh bahaya apapun, cemas itu kita alami selagi
peristiwanya belum terjadi. Setelah peristiwanya terjadi, kita sudah tidak
cemas lagi.
Bagaimana caranya agar tidak ketemu bahaya? Berdo’alah minta
perlindungan kepada Allah sambil hidup dengna hati-hati dan tidak sembrono.
Kalau kita sudah hati-hati dan tidak sembrono kok terjadi juga, itu namanya
sudah maqodirullah. Bukankah kita sudah diajari bagaimana cara mensikapi
bermacam maqodirullah?
Manakala kita mendapat ni’mat kewajiban kita adalah
bersyukur, jangan malah jadi sombong atau takabur. Manakala kita mendapat
cobaan kita harus sikapi dengan sabar. Bisa jadi Allah menguji kita karena
kecintaan-Nya kepada kita, dalam rangka meningkatkan derajat kita di siis-Nya.
Manakala kita mendapat mushibah kewajiban kita adalah mengembalikannya kepada
Allah dengan membaca istirja’, (innaa lillaahi wa innaa ilaihi
roji’un),dilengkapi dengan do’a “ya Allah berilah saya pahala dengan mushibah
ini dan berilah saya ganti yang lebih baik”. Sehingga dengan mengalami mushibah
itu kita tidak larut dalam kesedihan berkepanjangan, tetap optimistis, selalu
punya harapan baik kepada Allah, jauh dari putus asa, apalagi sampai coba-coba
bunuh diri. Manakala kita berbuat dosa, maka kewajiban kita adalah bertaubat,
mohon ampun kepada Allah dan minta maaf kepada sesama dengan tekad untuk
memperbaiki diri agar “tidak terperosok untuk kedua kalinya pada lubang yang
sama”.
Nabi Muhammad, shollallahu ‘alaihi wasallam, pun pernah
menerangkan bahwa syetan itu sekali-kali
mendekat ke Lauhil-Mahfuzh untuk mencuri dengan tentang nasib manusia. Apa yang
dia bisa dengar dari ¬Lauhil-Mahfuzh itu
disampaikannya kepada para dukun ramal setalah dicampuri seratus kebohongan.
Masa’ kita mau berpegang pada bisikan syetan si tukan bohong.
Sangat masuk akal bila Islam mengharapkan umatnya untuk
mempercayai dukun ramal karena sikap tersebut bisa menyebabkan orang tidak
berani menghadapi masa depan. Dan yang lebih berbahaya adalah sikap tersebut
dapat mengurangi keyakinan terhadap Allah karena beralih jadi bersandar pada
makhluk yaitu si tukang ramal. Dengan demikian berarti dia sudah terlibat
perbuatan syirik. (Na’udzu bilaah min dzaalik). Sedangkan orang mati sebagai
musyrik tidak akan mendapat mengampunan dari Allah sehingga vonis berupa haram
untuk masuk surga alias wajib masuk neraka, sebagaimana firman Allah dalam
surah Al-Maidah ayat 72 :
إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
... * سورة المائدة 72
Artinya : Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka Allah
haramkan atasnya surga dan tempatnya adalah neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar