Kamis, 26 September 2013

Kecerdasan berbasis IQ

Kecerdasan berbasis IQ

kecerdasan iq eq sq
Jika seseoarang tingkat kecerdasan IQ yang tinggi, maka dianggap orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Isitlah IQ mula-mula diperkenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. 

IQ adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan ketrampilan brbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang  tampak, dan penguasaan matematika. 

IQ mengukur kecepatan kita dalam mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi obyektif, terlibat dalam proses berfikir, bekerja dengan angka, berfikir abstrak dan analistis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ seseorang tinggi, dianggap memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam test IQ.

Sejak kecil biasanya seorang anak diharapkan orang tuanya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah. Setelah lulus sekolah, mereka diharapkan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat membantunya meraih masa depan yang cerah dan gaji yang tinggi. Banyak orang tua, bahkan para pendidik berpikir bahwa nilai tinggi dan lulus sekolah merupakan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan dan kesuksesan.

Pada kenyataannya, ada banyak kasus dimana seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ ( Intelligence Quotient ) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan. Akan tetapi, kenyataannya, dalam lapangan kerja yang semakin kompetitif dan spesialis, membuat tidak seorang individu atau institusi manapun yang dapat mencapai tujuan mereka tanpa harus bekerja sama dengan dalam tim, karena setiap orang dituntut untuk berkemampuan bekerja sama dengan orang lain.

Ada seorang anak yang sangat mampu dalam pelajaran logika atau menghitung khususnya matematika, namun ada juga seorang anak yang tidak memiliki kecerdasan dalam pelajaran tersebut, namun dia memiliki potensi misalnya dalam menggambar. Banyak orang berpandangan, bahwa jika seseorang memiliki kemampuan eksakta atau berhubungan dengan pelajaran, maka masa depan anak itu akan sukses, karena mereka memiliki kemampuan untuk menghitung. Padahal setiap kemampuan orang masing-masing berbeda-beda. Orang yang sangat ahli dalam seni, olahraga, music dan lain-lain. Bahkan orang yang sangat pandai dalam pelajaran belum tentu  sukses seperti seniman terkenal yang belum tentu memiliki pendidikan yang tinggi, bahkan mungkin malah putus sekolah.

Seorang psikolog dari Yale University, Peter Salovey melakukan suatu penelitian, melalui sebuah tes sederhana dimana anak-anak berusia 4 tahun diundang masuk kedalam suatu ruangan dan di beri instruksi sebagai berikut : “ Siapa yang mau satu buah permen marshmallow sekarang ini bisa langsung mendapatkannya ( kelompok I ), tapi jika ada yang mau menunggu sampai saya kembali, akan mendapatkan 2 buah permen ( kelompok II ).” Kemudian peneliti itu meninggalkan ruangan tersebut. Kelompok I, seketika itu juga mengambil marshmallow saat peneliti keluar ruangan. Kelompok II menunggu sampai peneliti kembali. Kemudian hasil pengelompokan akan dicatat dan para peneliti menindaklanjuti sampai dengan anak-anak tersebut tumbuh berkembang memasuki usia sekolah lanjut ( SLA ).

Rupanya terjadi perbedaan yang berarti di antara kedua kelompok anak tersebut. Kelompok anak yang memperoleh dua buah marshmallow memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik, lebih popular, berjiwa petualang, percaya diri dan mandiri daripada kelompok yang  pertama. Sedangkan kelompok anak yang pertama lebih bersifat menyendiri, mudah frustasi, keras kepala, tidak tahan stress, pemalu dan menghidari tantangan. Ketika kedua kelompok mengambil tes bakat yang berhubungan dengan pelajaran akademik sekolah, kelompok II yang mampu bertahan, mendapat nilai lebih besar 210 poin daripada kelompok I ( nilai tes bervariasi mulai dari yang terendah 200 pin sampai dengan tertinggi 800 poin, dengan angka rata-rata 500 poin untuk seluruh murid ). Kemampuan untuk bersikap sesuai dengan peraturan merupakan bagian dari apa yang disebut dengan EQ.

Tidak ada komentar:

Dialog Antar Umat Beragama Tangkal Perpecahan Anak Bangsa

 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah terus membangun dialog, silaturahim kebangsaan dan penguatan kerukunan umat beragama untuk...