Kecerdasan berbasis IQ
kecerdasan iq eq sq |
Jika seseoarang tingkat kecerdasan IQ yang tinggi, maka
dianggap orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih
besar dibandingkan yang lain. Isitlah IQ mula-mula diperkenalkan oleh Alfred
Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20.
IQ adalah ukuran
kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian,
hal ini berkaitan dengan ketrampilan brbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran
akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan
matematika.
IQ mengukur kecepatan kita dalam mempelajari hal-hal baru,
memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat
kembali informasi obyektif, terlibat dalam proses berfikir, bekerja dengan
angka, berfikir abstrak dan analistis, serta memecahkan permasalahan dan
menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ seseorang tinggi,
dianggap memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian
dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam test IQ.
Sejak kecil biasanya seorang anak diharapkan orang tuanya
untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah. Setelah lulus sekolah, mereka
diharapkan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat membantunya meraih masa depan
yang cerah dan gaji yang tinggi. Banyak orang tua, bahkan para pendidik
berpikir bahwa nilai tinggi dan lulus sekolah merupakan jaminan untuk
mendapatkan pekerjaan dan kesuksesan.
Pada kenyataannya, ada banyak kasus dimana seseorang yang
memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, tersisih dari orang lain
yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ ( Intelligence
Quotient ) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan. Akan
tetapi, kenyataannya, dalam lapangan kerja yang semakin kompetitif dan
spesialis, membuat tidak seorang individu atau institusi manapun yang dapat
mencapai tujuan mereka tanpa harus bekerja sama dengan dalam tim, karena setiap
orang dituntut untuk berkemampuan bekerja sama dengan orang lain.
Ada seorang anak yang sangat mampu dalam pelajaran logika
atau menghitung khususnya matematika, namun ada juga seorang anak yang tidak
memiliki kecerdasan dalam pelajaran tersebut, namun dia memiliki potensi
misalnya dalam menggambar. Banyak orang berpandangan, bahwa jika seseorang
memiliki kemampuan eksakta atau berhubungan dengan pelajaran, maka masa depan
anak itu akan sukses, karena mereka memiliki kemampuan untuk menghitung.
Padahal setiap kemampuan orang masing-masing berbeda-beda. Orang yang sangat
ahli dalam seni, olahraga, music dan lain-lain. Bahkan orang yang sangat pandai
dalam pelajaran belum tentu sukses
seperti seniman terkenal yang belum tentu memiliki pendidikan yang tinggi,
bahkan mungkin malah putus sekolah.
Seorang psikolog dari Yale University, Peter Salovey
melakukan suatu penelitian, melalui sebuah tes sederhana dimana anak-anak
berusia 4 tahun diundang masuk kedalam suatu ruangan dan di beri instruksi
sebagai berikut : “ Siapa yang mau satu buah permen marshmallow sekarang ini
bisa langsung mendapatkannya ( kelompok I ), tapi jika ada yang mau menunggu
sampai saya kembali, akan mendapatkan 2 buah permen ( kelompok II ).” Kemudian
peneliti itu meninggalkan ruangan tersebut. Kelompok I, seketika itu juga
mengambil marshmallow saat peneliti keluar ruangan. Kelompok II menunggu sampai
peneliti kembali. Kemudian hasil pengelompokan akan dicatat dan para peneliti
menindaklanjuti sampai dengan anak-anak tersebut tumbuh berkembang memasuki
usia sekolah lanjut ( SLA ).
Rupanya terjadi perbedaan yang berarti di antara kedua
kelompok anak tersebut. Kelompok anak yang memperoleh dua buah marshmallow
memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik, lebih popular, berjiwa petualang,
percaya diri dan mandiri daripada kelompok yang
pertama. Sedangkan kelompok anak yang pertama lebih bersifat menyendiri,
mudah frustasi, keras kepala, tidak tahan stress, pemalu dan menghidari
tantangan. Ketika kedua kelompok mengambil tes bakat yang berhubungan dengan
pelajaran akademik sekolah, kelompok II yang mampu bertahan, mendapat nilai
lebih besar 210 poin daripada kelompok I ( nilai tes bervariasi mulai dari yang
terendah 200 pin sampai dengan tertinggi 800 poin, dengan angka rata-rata 500
poin untuk seluruh murid ). Kemampuan untuk bersikap sesuai dengan peraturan
merupakan bagian dari apa yang disebut dengan EQ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar