Martabat Luhur Menyok dengan Paradigma Baru
harkat dan martabat manusia |
Sahabat LDII Kediri, Bahasa Jawa memang mempunyai kosakata dan logat yang bermacam-macam. Misalnya saja “sisir”. Orang Jawa Tengah biasa menyebut alat kecantikan ini dengan istilah jungkat atau jungkas. Kalau di Jawa Timur, sisir ya sisir atau suri. Contoh lain, “selang”. Di Surabaya atau Malang artinya adalah pinjam, atau meminjam. Tapi di Jawa Tengah “selang” ya selang atau pipa, alat yang biasa digunakan untuk mengalirkan air.
Tapi yang unik adalah orang Lamongan kalau menyebut singkong (ubi kayu) adalah menyok. Kedengarannya seperti kata penyok. Dan kalau menyebut kata enak adalah inuk. Jadi bisa jadi kalau dibuat kalimat bakal jadi begini, Menyok keju gawenan mbokem pancen inuk . Artinya, singkong keju buatan ibu kamu memang enak. Hehehe.
Nah, pembaca yang budiman. Pada akhir 2010 ini Redaksi menyempatkan nyambangi kota menyok ini. Banyak hal yang kami dapatkan di sana. Selain data dan hasil liputan, tentu saja, kami juga bisa belajar banyak hal tentang Lamongan.
Dari bincang-bincang Redaksi tentang kota kecil di Pantai Utara Jawa Timur ini, banyak sekali informasi yang kami dapatkan. Terutama mengenai keadaan daerah yang konon banyak dipenuhi tanah berawa dan beberapa pengunungan kapur.
Beberapa tahun silam, kehidupan di sana memang tergolong sulit bagi sebagian orang. Keadaan lingkungan yang keras ini tampaknya membuat orang-orang Lamongan berkepribadian keras dan pantang menyerah dengan keadaan. Mereka terlihat lebih tangguh daripada orang-orang dari daerah lain. Mereka memang luar biasa. Salah satu contoh (asal comot saja), adalah sosok Amrozi (alm), teroris yang juga terlahir di kota Pantura ini. Keras dan sangat fanatik terhadap apa yang diyakininya.
Jadi, menyok bisa saja bentuknya tetap konvensional seperti apa adanya. Tapi alangkah baiknya jika singkong itu diolah agar mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari biasanya. Caranya bagaimana? Tentunya dengan cara mengubah bentuknya menjadi makanan/kudapan priyayi. Agar harkat dan martabatnya luhur, menjadi makanan spesial alias the special one (a'lawna). Sebagaimana dalil dalam Al Quran, "Walaa tahinuu walaa tahzanuu wa antumul a'lawna in kuntum mu'miniina".
Ya, ini cuma bicara tentang menyok, tapi bukan sembarang menyok. Ini adalah menyok the special one, alias menyok dengan paradigma baru. Menyok dengan harkat dan martabat yang luhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar