Mengubah Tujuh ( 7 ) Kebiasaan untuk Membongkar Blokade Mental
Sahabat LDII Kediri, Kebanyakan orang banyak mengeluarkan energi namun hasilnya tidak memuaskan istilahnya 80:20, kita habis-habisan kerja namun cuma dapat hasil sedikit. Tentu sangat mengambat kinerja kita. Apa saja yang meghambatnya. simak 7 kebiasaan untuk membongkar blokade mental.
1.
Kebiasaan proaktif.
Melalui adanya kesadaran-diri, merupakan kemampuan kunci untuk mamapu
memahami orang lain dan dunia ini – ‘what is happening and how something
takes the process to happen’. Bahkan kesadaran-diri merupakan pintu untuk
mengenal dimana sebenarnya keunggulan kelemahan diri kita. Dengan
kesadaran-diri yang tinggi maka kaki kita mantap menginjak realitas bumi dan
tidak ragu – ragu dalam bertindak secara proaktif (tidak selalu menunggu).
Cara Melatih Mental |
Kemampuan tentang kesadarann-diri apabila diaktualkan secara optimal akan
menghasilakan kebiasaan efektif berupa tindakan proaktif ; memiliki kemampuan
untuk bertindak dan memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan.
Dikatakan kebiasaan efektif karena semua persoalan tidak ada yang menjadikan
membingungkan., apabila ditangani oleh orang yang berkapasitas mampu mengambil
keputusan. Kualitas menjadi pengambil keputusan seperti inilah yang tidak
dimiliki oleh orang dengan kesadaran-diri setengah-setengah.
Pada
level aktualisasi kemampuan yang rendah, kebiasaan hidup yang dihasilkan tidak
efektif (ibaratnya, talang bocor) yaitu kebiasaan reaktif (tidak
memiliki kemampuan memilih alias dibentuk oleh bagaimana orang lain dan keadaan
membentuknya). Di level ini semua persoalan besar/kecil akan membuat dirinya
‘bingung’ – terombang ambing, bahkan bisa jadi tidak tahu mana yang besar dan
mana yang kecil.
2.
Imajinasi – tujuan
yang hendak dicapai.
Kemampuan imajinasi apabila diaktualkan secara optimal dengan petunjuk
kesadaran dan prinsip akan menghasilkan kebiasaan hidup yang bermuara pada
berbagai tujuan / kepentingan misi yang hendak dijalankan untuk dicaapai. Orang
yang telah melatih imajinasinya pada level tinggi senantiasa akan membuat
‘lilin harapan’ dan visi menyala sehingga tidak mudah digoda oleh berbagai
bentuk distraksi (yang merusak) dari luar dan dari dalam diri atau dtidak mudah
kalut olrh kegelapan realitas temporer. Kondisi internal yang terus tercerahkan
(enlightenment) oleh lilin harapan dan visi inilah yang membuat dirinya realistic
(berada diatas realitas) atau victor (pemenang) dan effective.
Sebaliknya, pada level aktualisasi, kemampuan yang rendah dimana orang
membiarkan imajinasinya liar kemana-mana tanpa kesadaran atau prinsip yang
jelas akan menghasilkan cetakan kebiasaan hidup yang tidak terbentuk, atau
menjadi korban (victim), sudah kemana-mana tapi tidak menemukan apa-apa
(sense of futility about goal). Imajinasi yang liar bisa terjadi kapan
pun dan dimanapun yang lazimnya kita kenal dengan aktivitas ‘ngelamun’ . secara
permukaan sulit dibedakan antara orang yang ngelamun dan orang yang melatih
imajinasi dengan bervisualisasi kreatif tetapi dalam hitungan yang ke sekian
kali perbedaan itu akan sebesar kemutahiran kreasi. Bukankah semua temuan
tekhnologi berawal dari imajinasi?
3.
Kemauan –
mengutamakan yang utama (first thing first – yang penting yang mendesak).
Kemampuan manusia berupa kemauan apabila diaktualkan secara optimal akan
menghasilkan kebiasaan hidup teratur – mengutamakan yang utama – dan penuh
disiplin dalam membuat tata letak antara prioritas utama, kepentingan dan
urgensitas. Keteraturan dan disiplin
tidak dapat diraih tanpa kemauan keras untuk merebut tanggung jawab.
Orang yang tahu tata letak akan membuat kebiasaan hidup efektif.
Pada level aktualisasi yang rendah, kemampua ini akan
menghasilkan kebiasaan hidup berupa mentalitas jalan-pintas, atau the simple answer , menolak tanggung jawab
hidup sehingga tidak terjadi keteraturan. Membesar-besarkan hal yang kecil dna
mengabaikan hal yang menjadi benih-benih peristiwa besar (kebocoran atau
kemampetan talang). Orang yang malas tidak berarti hidupnya efektif meskipun ia
menolak bertanggung jawab karena pada dasarnya hidup tidak member pilihan
antara bertanggung jawab atau tidak, melainkan harus bertanggung jawab.
4.
Mentalitas berlimpah
– berpikir saling menang ( kemampuan sakdermo dalam konotasi aktif-positif).
Kemampuan mentalitas atau kapasitas mental yang
diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan berpikir saling menang (win-win
solution atau saling untung menguntungkan) dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Mentalitas berlimpah akan menghasilkan karakter kepribadian
berprinsip. Prinsiplah yang menjadi sumber keberlimpahan, kemakmuran dan
keamanan. Kalau dikaitkan dengan kecerdasan emosional (EQ), tingkat kecerdasan
yang tinggi akan mampu memproduksi kebahagiaan di dalam sehingga berkuranglah
tingkat depedensinya terhadap sumber kebahagiaan dari luar. Semakin kuat orang
memegan ‘principle-centered’ (berpusat pada prinsip hidup), semakin
mudah orang tersebut mengalirkan rasa cinta/penghargaan kepada orang lain – to
share recognition. Oleh karena itu dikatakan, mentalitas berlimpah akan
menghasilkan profit dan power.
Sebalikanya pada level aktualisasi yang rendah akan
menghasilkan kebiasaan hidup talan bocor berupa mentalitas kerdil (scarcity)
dimana orang selalu merasa kurang dengan dirinya. Rasa bahagia, rasa aman,
dan rasa makmur tidak mampu diciptakan oleh dirinya melainkan merasa harus
bergantung kepada orang lain, sehinga tidak mudah member maaf atas kesalahan apapun yang
dilakukan oleh mereka. Suami/istri yang bermentalitas kerdil akan mudah bentrok
walaupun pemicunya berupa sendok makan yang jatuh padahal (mestinya) cukup
diselesaikan dengan memaafkan sedikit. Karena tidak mampu memaafkan akhirnya
membuat kebocoran tidak hanya meneter melainkan mengalir deras, dan akhirnya
banjirlah rumah tangga.
5.
Keberanian –
memahami lebih dahulu
Kemampuan keberanian memahami orang lain terlebih dahulu,
apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa
memahami lebih dulu baru akan dipahami. Memahami lebih dahulu membutuhkan
keberanian dengan pertimbangan. Dikatakan efektif karena memahami lebih dulu
akan(biasanya) membuat kita dipahami lebih dulu. Memahami lebih dulu adalah
membuka talang yang macet atau kalau dipinjamkan dari istilah lain, memahami
lebih dulu adalah kebiasaan empati, bukan hanya simpati.
Sebaliknya keberanian yang tidak diaktualkan secara
optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup yang tidak efektif berupa keinginan
untuk dipahami lebih dulu baru akan memahami. Jika dikembalikan ke kehidupan
manusia, akar dari sebab persoalan besar adalah dasar berkomunikasi yang selalu
ingin dipahami lebih dulu. Umumnya, orang memang secara alami ingin dipahami
lebih dulu, tetapi terkait dengan melancarkan talang yang mampet, maka memahami
lebih dulu akan lebih efektif.
6.
Kreativitas –
sinergisitas (kerja sama untuk menjumlahkan dua potensi atau lebih).
Kemampuan kreativitas untuk bersinergi, apabila
diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup efektif berupa
terciptanya keunggulan sinergis dari perbedaan atau persamaan. Keunggulan
sinergis adalah manifestasi kesadaran misi dan tidak dapat diraih dengan pendewaan posisi. Salah satu karakteristik
keunggulan sinergis adalah tercipatanya saluran komunikasi diantara respectful minds yang berinteraksi untuk menemukan kompromi dan kerjasama. Kenyataan sering kali
mengajarkan, bahwa pada akhirnya, kerjasama yang diolah dengan kreativitas akan
menang melebihi ‘confrontation’ .
Sebaliknya kemampuan kreativitas individual yang tidak
disinergikan, akan menghasilkan kebiasaan hidup tidka efektif berupa kebuntuan
alternative dan kemacetan aliran transformasi. Satu-satunya jalan yang ditempuh
adalah membuat ‘defensive communication’
dibarengi dengan pendewaan posisi antara anda dan saya, kami dan
mereka. Posisi yang didewakan akan
membuat aliran kepentingan misi bisa macet dan akhirnya terbuang ke tempat yang
tidak diinginkan.
7.
Kebiasaan
pembaharuan – mengasah gergaji
Kebiasaan mengasah gergaji dihasilkan dari kemampuan
pembaharuan – kapasitas diri yang diaktualkan secara optimal. Dikatakan
kebiasaan efektif karena dengan terus mengasah gergaji dapat mengurangi
kemungkinan yang menyebabkan kegagalan atau kelambanan menyelesaikan masalah
akibat perubahan keadaan. Seperti dikatakan : siksaan yang paling berat
dirasakan adalah, ketidaktahuan (kebodohan). Pembaharuan adalah inovasi,
improvasi, pembelajaran, atau mencheck dan merenovasi talang.
Sebaliknya, kemampuan pembaharuan yang tidak
diaktualkan secara optimal akan membuat
seseorang dapat terperosok dalam system hidup yang tertutup, gaya hidup
yang gelap dan buntu. Tak pelak lagi system dan gaya hidup demikian hanya akan
mewariskan ketertinggalan dari perubahan zaman, mentalitas kerdil dan kebodohan
akan perkembangan informasi.
Melalui uraian diatas tentang memperbaiki kebiasaan,
mudah-mudahan dapat mendorong untuk selalu mencheck kondisi talang
diatas ‘rumah diri kita’ secara langsung agar dapat membuat kesimpulan yang
paling mendekati obyektif ; apakah
talang yang tidak dapat mengalirkan air sebagaimana mestinya itu disebabkan
oleh kerusakan fatal atau hanya kemampetan. Bila yang terjadi hanya mampet ,
pengalaman menunjukan sangat amat jarang kemampetan talang disebabkan oleh
benda besar dalam peristiwa sesaat, misalnya pohon yang roboh atau lainnya.
Sebab kalau benda besar yang menghalangi langsung kita singkirkan. Lebih sering
talang yang mampet disebabkan oleh serpihan kayu, lumpur, lumut yang awalnya
kita anggap tidak membahayakan. Dan begitu hujan turun maka . . . bem !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar