Kekuatan Moralitas Dasar dan Moralitas Islam
Moralitas Dasar Islam |
Dengan meneliti syari'ah dan sejarah islam dengan mendalam,
maka dapat diketahui bahwasannya allah subhanahu wata'ala menetapkan sunnah-Nya
yang berlaku dalam bab keseimbangan antara dua kekuatan, material dan moral.
Sekalipun kesempuranaan kekuatan moral terpusat pada moralitas dasar manusia,
namun sarana material tetap mempunyai peranan yang besar.
Mungkin saja suatu kelompok yang mempunyai kelebihan sarana
material dapat berkuasa dibumi walaupun hanya memiliki sedikit kekuatan moral,
sementara kelompok lain yang melebihinya dari segi kekuatan moral kalah hanya
karena memililki sedikit sarana material.
Tetapi kekuatan moral yang bersenjatakan moralitas dasar dan
moralitas islam sekaligus walaupun memiliki sedikit sarana material sudah mesti
akan berhasil mengalahkan kekuatan-kekuatan lain yang semata-mata bersandar
pada moralitas dasar dan sebab-sebab material saja.
Studi perbandingan Kekuatan Moralitas Dasar dan Moralitas Islam
Kita dapat lebih memahami hakekat ini dengan memperhatikan
potret dunia internasional dalam penghujung abad XX ini dan dengan mengadakan
studi perbandingan.
Masa kini hampir tidak dapat diperkirakan ada umat yang
kecil dan persiapannya sedikit dapat mengalahkan umat yang kuat dan memiliki
segala sarana material, walaupun kelompok kecil itu lebih unggul dalam
moralitas dasar dan pemanfaatan ilmu fisika/tekhnologi. Karena setiap umat yang
menjadikan kebangkitan berdasarkan moralitas dasar dan ilmu tekhnologi tidak
terhindar dari dua hal : pertama, semakin tenggelam dalam kenasionalismeannya
dan ketamakan untuk menguasai dunia demi kepentingannya, atau kedua, membawa
panji-panji sebagian prinsip internasional seraya mengajak semua umat dunia
agar mendukungnya.
Yang pertama, tujuan tersebut tidak mungkin tercapai kecuali
oleh umat yang paling lengkap dan paling banyak memililki sarana dan kekuatan
material, karena umat-umat yang lain akan menentang ketamakan dan kerakusan
jiwa “kolonial” itu.
Sedangkan yang kedua, tidak ragu-ragu lagi pad aide-ide dan
pikiran mereka dapat mempengaruhi akal pikiran umat-umat lain hingga seruan
mereka yang revolusioner dapat diterima. Dengan demikian tidak ada yang
diperlukan lagi untuk mencapai tujuan tadi kecuali hanya sedikit kekuatan
material, akan tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa orang yang
memiliki pikiran tidak akan tunduk semata kepada prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah yang manis bagai madu. Tetapi yang ingin menguasainya harus dapat
membuktikan bahwa dia membesarkan dengan
“menu” : nasehat, amanah suci, lapang hati, pemurah, penolong, mulia dan
adil, serta dapat membuktikan bahwa dia tumbuh dalam asuhan moralitas dasar
yang sebenarnya, yang sudah terbukti bersih tidak bercampur dengan kotoran
maksud-maksud, rendahan baik dalam menang atau kalah dengan kawan atau lawan
dan dalam menghadapi hal-hali darurat dan cobaan-cobaan, itulah moralitas dasar
yang lebih mulia dan lebih baik dari moralitas dasar.
Demikianlah …
bandingkan hal tersebut dalam sejarah lampau dengan satu kelompok walaupun pada
mulanya muncul dari satu kalimat diantara umat-umat yang ada tetapi kemudian
muncul sebagai satu umat tidak seperti kelompok-kelompok lain di dunia ini, ia
bersih dari segala maksud-maksud pribadi, kelompok atau nasionalisme, umat
tersebut tidak mengharapkan apa-apa dibalik semua usaha dan perjuangan mereka
kecuali hanya supaya dipermukaan bumi ini dapat berdiri suatu system kehidupan
yang berasaskan sekumpulan pokok-pokok dan prinsip-prinsip yang di imani
mereka, mereka tidak melihat adanya jaminan kebahagiaan dan ketenangan hidup
manusia kecuali dengan mengikuti perinsip-prinsip tersebut. Semua orang boleh
bergabung dengan mereka, berjuang bersama-sama dengan hak-hak yang sama dan
kedudukan yang sama tinggi, bahkan mungkin saja dalam masyarakat, yang menang
menyerahkan tampuk pimpinan kepada yang kalah bila yang menang merasa bahwa
yang kalah lebih dari dirinaya dalam mengimani dan mengikuti prinsip-prinsip
tersebut.
Apabila umat ini menyampaikan dakwahnya kepada manusia,
tentu ada pula orang-orang yang tidak senang prinsip-prinsip tersebut tesebar
dipermukaan bumi, karena itu mereka pasang rintangan-rinatangan dan hambatan di
jalan yang di tempuh umat, waktu itu mulailah terjadi pertentangan dan
perlawanan antara dua kekuatan. Bertambah kuat pertentangan dan perlawanan yang
terjadi, umat tersebut bertambah besar, sabar dan tabah. Ia menghadapi musuhnya
dengan moralitas yang paling mulia dan utama. Ia ( umat ) tunjukan dengan budi
pekerti dengan tingkah lakunya bahwa ia tidak menginginkan apa-apa dibalik
semua usahanya kecuali hanya menginginkan kebahagiaan semua makhluk allah. Ia
tidak memerangi pribadi-pribadi musuh dan tidak pula kenasionalismean mereka,
tetapi ia hanya memerangi kesesatan system hidup mereka, yang kalau mereka
tinggalkan, mereka akan menjadi saudaranya yang berkasih sayang sesama. Ia
tidak menggunakan tipu daya, dusta dan makar jahat, malah juga tidak
mempergunakannya dalam keadaan yang sangat genting sekalipun. Ia balas
kejahatan dengan kebaikan, hampir tidak pernah didorong untuk membalas dengan
bengis dan berlebihan. Ia tidak pernah berhenti mengajak manusia kepada
prinsip-prinsip tersebut walaupun dalam suasana perang yang gawat dan genting.
Dalam keadaan bagaimanapun ia tidak pernah terpisah dari kejujuran, menetapi
janji, mu’amalah yang baik, memegang keadilan dan membuktikan bahwa ia memenuhi
syarat untuk memikul kesucian yang tinggi yang pertama kali dulu ditawarkan
kepada bumi sebagai perbandingan berat tugas tersebut.
Firman allah :
إِنَّا
عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ
يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا
جَهُولًا * سورة الاحزاب 72
Artinya : Aku ( allah ) telah menawarkan amanat kepada
langit, bumi dan gunung, maka mereka menolak untuk membawanya ( menanggung )
dan takut karenanya, dan manusia sanggup untuk membawanya ( menanggung ),
sesungguhnya manusia itu adalah aniaya dan bodoh.
Jika ditakdirkan umat menang maka ia akan memaafkan
penduduknya sebagai ganti pembalasan, memberikan kasih sayang dan persahabatan
sebagai ganti aniaya dan permusuhan, tolong menolong sebagai ganti kebengisan,
dan berdakwah kepada prinsip-prinsip yang haq sebagai ganti
propaganda-propaganda bohong, mereka sangat kagum menyaksikan umat sang
penakluk yang jujur, tidak merampas hak mereka, tidak memikirkan untuk
menguasai mereka dan tidak menghina dan merusak kemuliaan bangsa mereka.
Kita dapat bayangkan perbedaan besar antara perang suci ini
dengan perang-perang kebangsaan yang lainnya. Semua itu bukan merupakan kisah
yang dikhayalkan tetapi jika kita benar-benar memperhatikan dan merenungkan
masa Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam, dan para khulafa’ urrosyidin akan jelas
bagi kita, tanpa ragu bahwa semuanya itu sungguh sudah terjadi sebelumnya dan
sejarah yang menjadi saksi.
Demikianlah mudah-mudahan dapat dipahami bahwa sumber asli
kekuatan adalah kekuatan moral. Jika dibumi sekarang ini ada kelompok yang
terorganisasi, yang mempunyai moralitas islam dan moralitas dasar sekaligus,
mustahil lmenurut akal dan kebiasaan, kelompok lain akan dapat dengan tenang mengendalikan
urusan mereka diatas bumi ini. Begitu juga dapat kita mengerti akan sebab dari
kemunduran umat islam dan kejatuhan mereka di dunia saat ini. Yang jelas adalah
bahwa umat yang tidak memiliki secara terorganisasi moralitas islam tidak
mungkin berperan nyata dalam menegakan kebenaran dan kesejahteraan di bumi ini
yang diridhoi allah subhanahu wataala.
Sudah merupakan sunnah ilahi yang tidak berubah bahwa umat
kafir akan tetap memimpin dunia, bila mereka dapat membuktikan bahwa mereka
yang paling mampu dan paling banyak mempunyai moralitas dasar dalam menggunakan
sarana material untuk mengatur bumi, sekalipun mereka terlepas dari moralitas
islam. Jiak di hati kita kaum muslimin ada rasa jemu dan bosan dengan keadaan
ini maka cacilah diri sendiri, bukan sunnatullah.
Sebagai natijah ( nasihat ) diharapkan mereka akan berfikir
dan berjuang untuk menutupi kekurangan yang menyebabkan mereka mundur dan tidak
dapat memimpin dunia serta yang membuat mereka menjadi pengekor yang hina dari
segala kekuatan yang merajalela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar